AKSI NYATA 1.4
BUDAYA
POSITIF
MENERAPKAN 5S (SALAM, SENYUM, SAPA, SOPAN, SANTUN) MELALUI KESEPAKATAN KELAS
Ni
Made Dewi Radesi, S.Pd., M.Pd
CGP
Angkatan 4 Karangasem Bali
LATAR BELAKANG
Nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada
murid yang menjadikan murid berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh
hormat dan bertanggung jawab merupakan bentuk budaya positif yang harus kita
kembangkan di lingkungan sekolah. Budaya positif merupakan juga salah satu
materi yang diajarkan dalam pendidikan guru penggerak. Kita sebagai guru
penggerak dapat mengembangkan potensi anak-anak yang memiliki karakter yang
kuat, sesuai profil pelajar Pancasila dengan menciptakan
ekosistem pendidikan yang aman, nyaman, humanis dan berkarakter agar tujuan
pendidikan yang kita cita-citakan tercapai. Untuk itu kita perlu membangun
budaya positif yang merangkul semua harapan, impian dan tujuan murid dalam
menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan menyenangkan. Harapannya,
budaya positif ini dapat menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baik yang membangun
motivasi intrinsik murid yang nantinya bermanfaat bagi dirinya, orang lain di
sekitarnya, maupun lingkungannya. Sebagian besar manusia
dipengaruhi perilakunya oleh pesatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi pada
jaman kemajuan teknologi sekarang ini. Banyak yang terbuai dengan teknologi
yang canggih sehingga melupakan aspek-aspek lain, seperti pentingnya membangun
relasi dengan orang lain, melakukan aktivitas sosial di dalam masyarakat, menghargai
sesama lebih daripada apa yang berhasil dibuatnya, dan lain-lain.
Ki
Hajar Dewantara melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya.
Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya.
Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara
seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan
menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan
bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan
menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai
sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang
memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan
menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
Sebagai
Guru Penggerak kita harus sepenuhnya memahami bahwa untuk menumbuhkembangkan
potensi murid kita harus mempertimbangkan kodrat alam dan zaman mereka.
Menerapkan Budaya positif bukanlah satu-satunya hal yang harus kita anggap
sebagai hal yang berdiri sendiri akan tetapi penerapan budaya positif juga
harus kita kaitkan dengan apa yang menjadi pemikiran Ki Hajar Dewantara, sesuai
dengan visi misi pendiidkan Indonesia. Kita harus mempunyai nilai dan peran
sebagai guru penggerak untuk mewujudkannya seperti mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif, dan berpihak kepada murid.
Budaya positif harus kita ajarkan sejak dini kepada anak didik kita, sebab budaya positif berfungsi sebagai identitas dan filter mereka dalam menghadapi zaman sekarang yang identik dengan pengembangan intelektualitas. Budaya Positif haruslah kita singkirkan dengan dogma dogma masa lalu dengan menerapkan hukuman sebagai bentuk kontrolnya, Budaya Positif haruslah dilakukan dengan cara-cara positif seperti penggunaan bahasa yang positif dan menghindari bahasa larangan, mengajak berdiskusi murid yang belum menerapkan budaya positif dan lain-lain. Kesepakatan kelas adalah salah satu cara atau alat untuk membiasakan budaya positif. Dengan Kesepakatan Kelas kita bisa membuat peraturan yang sesuai dengan kita dan para murid, diskusikan kesepakatan tersebut dan selalu utamakan berbagi dan dialog. Selain itu yang tidak kalah pentingnya untuk menerapkan Budaya Positif adalah dengan memulainya dari diri kita sendiri, jadilah teladan untuk murid kita, rekan sejawat atau pun masyarakat.
Salah satu bentuk upaya penanaman budaya
positif yang sederhana di lingkungan sekolah yaitu dengan menerapkan budaya 5S.
Apa itu budaya 5S? Budaya 5S adalah, senyum, salam, sapa, sopan, dan
santun.
1.
Senyum
Senyum adalah gerak tawa tanpa suara yang tercermin pada bibir yang mengembang sedikit. Sering kita dengar bahwa senyum merupakan ibadah. Hal itu mungkin benar, karena saat kita tersenyum berarti kita dalam keadaan bahagia, maka secara tidak langsung kita sudah menyebarkan kebahagian dan aura positif kepada orang lain. Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya sebelum melakukan kegiatan apapun kita awali dengan senyuman. Senyuman yang tulus menjadikan hubungan masing-masing individu menjadi lebih menyenangkan.
2.
Salam
Dalam budaya Hindu bali diajarkan salam berupa “Om Swastiastu” yang artinya Semoga dalam keadaan baik atas karunia Sang Hyang Widhi. Salam, adalah pernyataan hormat, selamat, sejahtera, damai, tentram. Yang digunakan untuk mengkomunikasikan rasa hormat kita atas kehadiran orang lain, sebagai bentuk rasa perhatian kita kepada orang tersebut. Salam yang kita lakukan dengan penuh ketulusan, maka akan mampu mencairkan suasana kaku yang ada di sekitar kita. Salam dalam hal ini bukan hanya berarti berjabat tangan saja, namun seperti mengucapkan salam menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Mengucapkan salam dan menjawab salam adalah salah satu amalan sholeh yang telah diajarkan. Hal itu memberi gambaran, bahwa kita telah menyapa dan mengajak orang lain bercakap-cakap. Dan tanpa kita sadari sebenarnya kita telah menunjukkan perhatian kita terhadap orang yang kita tegur dengan salam. Hal itu akan mempererat persaudaraan.
3.
Sapa
Menyapa identik dengan menegur, menyapa bisa berarti mengajak seorang untuk bercakap-cakap. menyapa bisa memudahkan siapa saja untuk bisa lebih akrab, saling kontak, dan berkomunikasi. misalnya saja dengan memanggil nama atau dengan sapaan –sapaan lainnya. Tegur sapa yang dilakukan dengan ramah yang kita ucapkan, membuat suasana menjadi akrab dan hangat. Saat kita menayapa seseorang, maka berarti kita menunjukkan perhatian, respon, dan simpati kita terhadap orang itu. Sehingga akan muncul rasa dihargai bagi orang yang sedang kita sapa. Hal itu, akan menjadikan kepercayaan diri orang yang kita sapa tadi semakin meningkat.
4.
Sopan
Sopan adalah perilaku yang menjunjung tinggi niai-nilai menghormati, menghargai tidak sombong dan berakhlak mulia. perwujudan sikap sopan dalam budaya Bali yaitu dengan menggunakan bahasa yang sopan (menggunakan bahasa halus ketika berbicara dengan yang lebih tua), dan tidak memiliki sifat yang sombong. Sopan adalah rasa hormat, takzim, dan tertib menurut adab yang kita lakukan kepada orag lain. Sopan yang bisa kita lakukan adalah rasa hormat kita baik saat bicara, berjalan di depan orang yang lebih tua, atau bahkan saat kita berinteraksi dengan orang lain. Bukan hanya itu saja, sopan dalam berpakaian juga merupakan hal yang penting. Hal itu akan menumbuhkan rasa saling menghormati satu sama lain. Seseorang yang berkarakter dan memiliki etika adalah seseorang yang mampu berlaku sopan baik ucapan maupun perbuatan dimanapun dan kapanpun.
5.
Santun
Santun memiliki pengertian halus dan baik (tingkah lakunya). seseorang yang memiliki sikap santun akan mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingannya sendiri. inti dari sikap santun adalah berperilaku sesuai aturan dan tataran norma yang ada. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, santun memiliki pengertian sangat sopan, lemah lembut berbudi bahasa, penuh rasa belas kasihan, suka menolong, berakhlak mulia. Selain itu, santun juga memiliki makna tentang bagaimana kita mampu mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingannya sendiri. Dengan cara gerak tindakan dan ucapan yang santun kita akan membuat orang lain merasa dihargai. Tingkah laku yang halus, rasa belas kasih, dan suka menolong merupakan hal yang timbul karena terbiasa bertingkah santun kepada orang lain.
TUJUAN KEGIATAN
1. Melalui
penginternalisasian nilai-nilai 5S kepada seluruh warga sekolah diharpkan
karakter peserta didik dan seluruh warga sekolah dapat dibentuk kearah yang
lebih baik lagi.
2. Melalui penerapan 5S diharapkan peserta didik dan seluruh warga sekolah mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter positif yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan kepribadian baik pesertadidik, pesertadidik akan mempunyai rasa hormat dan memiliki belas kasih , suka menolong seningga akan tercipta lingkungan sekolah yang nyaman, harmonis dan damai antar semua antar warga sekolah.
4. Dengan memberi salam akan mempererat tali peraudaraan antar warga sekolah. ketika mengucapkan salam dengan ikhlas suasana lingkungan sekolah akan menjadi cair dan akan merasa semua bersaudara.
DESKRIPSI AKSI NYATA
Kesepakatan
kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di
kelas terutama dalam pengaplikasian 5S, yang dapat membantu proses belajar
mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan. Disiplin positif adalah disiplin
tanpa ancaman atau tanpa hukuman, menerapkan disiplin positif dapat
meningkatkan kesadaran siswa dalam membentuk karakter positif. Disiplin positif
dapat dibuat melalui kesepakatan antara guru dan siswa, agar siswa merasa
terlibat dan bertanggungjawab dalam menjalanankan disiplin tersebut.
Kegiatan
aksi nyata yang berisikan penerapan 5S melalui kesepakatan kelas memuat
beberapa langkah dalam pelaksanaannya. Keterlibatan setiap individu dalam
ruang kelas diyakini dapat mewujudkan penerapan 5S di sekolah. Berikut ini
langkah membuat kesepakatan belajar sebagai awal penumbuhan disiplin
positif dan penerapan 5S di kelas yang melibatkan semua siswa meliputi:
a. Mempersiapkan dan mendiskusikan
proses perancangan penerapan budaya positif di sekolah dengan kepala sekolah
dan rekan guru.
b. Menentukan kelas harapan yang ingin
dicapai
Di
Kelas X IPB, pada awal kegiatan pembelajaran penulis akan menanyakan kepada
murid bagaimana kelas harapan mereka. Penulis memberikan pertanyaan pemantik
seperti "Menurut anak-anak, seperti apakah kelas harapan kalian?".
Respon yang didapat dari murid bermacam-macam.
c. Mendiskusikan kesepakatan kelas
bersama murid
Murid
membuat kesepakatan kelas dengan dipandu oleh guru wali kelas X IPB dan
perangkat kelas. Setiap murid diberi kesempatan menuliskan ide gagasannya
secara bebas tentang pembiasaan perilaku-perilaku positif dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang tertib dan menyenangkan melalui diskusi penyusunan
kesepakatan kelas.
d. Menyusun dan mendokumentasikan
kesepakatan kelas dalam bentuk poster
Guru
bersama murid menuliskan isi kesepakatan kelas dalam bentuk poster.
e. Melakukan refleksi rutin
Refleksi
akan dilakukan secara rutin untuk mengetahui kinerja dari kesepakatan kelas.
LINIMASA KEGIATAN
a. Mengsosialisasikan budaya positif dan
rancangan aksi nyata ke kepala sekolah, ke guru, tenaga kependidikan, murid,
komite sekolah, dan masyarakat sekitar.
b. Melaksanakan kegiatan aksi nyata
penyusunan penerapan 5S melalui kesepakatan kelas dengan melibatkan semua warga
kelas dengan merangkul semua harapan, impian dan tujuan murid dalam menciptakan
lingkungan belajar yang menarik dan menyenangkan dan berpihak kepada murid
c. Melaksanakan kesepakatan kelas secara
kontinyu dan konsisten dengan penuh komitmen dan tanggung jawab.
d. Mengevaluasi dan merefleksi
pelaksanaan kesepakatan kelas secara berkala dengan melibatkan semua warga
kelas.
DUKUNGAN YANG
DIBUTUHKAN
a. Orang tua di rumah dalam membiasakan
penerapan 5S sebagai budaya positif
b. Warga sekolah dalam menanamkan
penerapan 5S sebagai budaya positif.
c. Seluruh warga sekolah berkolaborasi,
bergotong royong dan bergerak bersinergis dalam menciptakan serta membiasakan
penerapan 5S dan menerapkan disiplin positif di sekolah.
HASIL AKSI NYATA
Kegiatan ini sudah berlangsung selama 2 minggu disekolah. Sudah banyak murid yang mulai mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru, teman, atau orang lain.
PERASAAN SETELAH MELAKUKAN AKSI NYATA
Setelah melakukan kegiatan aksi nyata ini di sekolah, saya merasa senang karena murid dari mulai masuk gerbang sudah berinteraksi dengan guru. Kami merasa senang dan murid juga merasa tidak asing dengan guru dan orang lain.
REFLEKSI AKSI NYATA
Melalui aksi nyata ini terdapat perubahan karakter murid
yang awalnya acuh tak acuh kepada orang lain, menjadi peduli dan berinteraksi.
Dampak lain yang dirasakan adalah murid mengenal nama-nama guru yang ada di
sekolah. Selain itu, pendamping yang datang ke sekolah merasakan kehangatan
dari warga sekolah.
RENCANA PERBAIKAN DI MASA YANG AKAN DATANG
Kedepannya kami akan membuat slogan di gerbang sekolah
untuk mengajak siswa selalu menyapa dan mengucapkan salam kepada guru dan warga
sekolah. Kami juga akan melakukan pendekatan dengan wali murid dan menyampaikan
program ini kepada wali murid, sehingga kebiasaan ini tidak hanya terjadi di
sekolah namun juga diterapkan oleh orang tua kepada anak di lingkungan rumah.
Video aksi nyata penerapan 5S sebagai perwujudan budaya positif di sekolah dapat dilihat melalui link berikut: https://drive.google.com/file/d/1VYAib8wPXlNCOyZfqFBqgjwevfeNgUTP/view?usp=sharing
Video pengimbasan budaya positif dan penerapannya di kelas kepada rekan-rekan guru dapat dilihat melalui link berikut: https://youtu.be/1c_cLel4Aoc
PPT yang digunakan pada saat sesi berbagi dapat dilihat melalui link berikut: https://drive.google.com/file/d/1KsKXfwyV8ZoBkASApGyfQ7IwMEaHcXX6/view?usp=sharing