AKSI NYATA

MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

"Podcast sebagai Sarana Interaksi Sosial dalam Menyampaikan Gagasan dan Ide Kreatif Murid"

Ni Made Dewi Radesi

CGP Angkatan 4

Kabupaten Karangasem, Bali


 PERISTIWA (FACTS)

a.     Tujuan Pelaksanaan Program (Mengapa Program Dilaksanakan)

 

Sekolah diharapkan mampu menyusun program-program sekolah yang memberikan dapak positif bagi murid. Dalam penyusunan program ini pihak sekolah harus selalu memperhatikan risiko-risiko yang akan dihadapi dari program yang telah dirancang. Sekolah harus mampu memanajemen risiko sehingga setiap kerugian dapat diminimalisir. SMA Negeri 2 Amlapura merupakan sekolah yang selalu berusaha menyelenggarakan kegiatan yang positif untuk meningkatkan mutu pendidikan dan membekali murid dengan kemampuan yang bisa mereka gunakan di masa depan. Digitalisasi sekolah melalui program "PODCAST" menjadi salah satu program untuk meningkatkan kompetensi murid. Murid pada dasarnya dapat melakukan lebih dari sekedar menerima instruksi dari guru. Mereka secara natural adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Dengan kata lain, murid-murid kita sebenarnya memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan. Melalui Program Podcast inilah besar harapan kami sebagai guru bahwa murid-murid kami akan mampu memaksimalkan suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka dan kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.

 

b.     Tujuan Pelaksanaan Program (Mengapa Program Dilaksanakan)

 Visi dari Program "Podcast sebagai Sarana Interaksi Sosial dalam Menyampaikan Gagasan dan Ide Kreatif Murid" adalah menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan murid dengan memberi ruang kepada murid untuk bersuara, membuat pilihan dan menyadari kepemilikannya. Tujuan dari program ini adalah menciptakan lingkungan yang akan menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, hingga berkemampuan dan berkeinginan untuk memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya serta menciptakan lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana. Selain itu program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan digitalisasi murid sehingga murid memiliki kecakapan dalam membuat konten yang positif serta meningkatkan rasa percaya dirinya dalam menyebarkan pengetahuan dan kreativitas mereka melalui kanal media sosial sesuai dengan perkembangan jaman. Dan yang terpenting, melalui program ini murid akan mampu meningkatkan kemampuannya dalam mengelola emosi untuk menuangkan ide dan permasalahan yang dihadapi mengingat program ini bisa memberikan keleluasaan murid berkreasi dan mengembangkan kemampuan bernalar kritis.


c.      Mengapa Program ini Dilakukan

Sumber daya yang dimiliki oleh SMA Negeri 2 Amlapura sangat dapat digunakan untuk melakukan program "Podcast" sebagai sarana untuk mewujudkan gagasan dan ide kreatif murid ini karena SMA Negeri 2 Amlapura memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya perolehan prestasi yang dimiliki baik dari kepala sekolah, guru maupun dari murid. Dukungan penuh juga diberikan oleh komite sekolah sebagai perwakilan orang tua murid di sekolah. Gagasan dan ide kreatif dari sumber daya manusia ini terutama dari murid akan sangat mendukung program ini. Program ini sangat ideal sebagai wadah kolaborasi sekolah dengan berbagai komunitas yang dapat meningkatkan kualitas sekolah serta mempermudah sekolah dalam mencapai visi sekolah yang telah ditargetkan. Modal fisik juga sangat mendukung dengan dimilikinya studio untuk kegiatan serta lancarnya jaringan listrik dan internet. Dukungan finansial juga memungkinkan untuk terlaksananya program podcast ini sehingga sebagai pembina ekstra kami dapat fokus memberdayakan asset yang ada. Hasil dari program kegiatan ini adalah publikasi melalui sosial media yaitu website dan Youtube sekolah. Target viewers kami adalah seluruh warga sekolah dan juga masyarakat lain yang menonton Podcast ini untuk berbagi hal positif. Dalam ruang ini juga murid dapat mengekspresikan capaiannya serta sebagai wadah bagi murid untuk mengekspresikan suara, pilihan dan kepemilikan murid.


d.     Pelaksanaan Program Podcast

Program "Podcast" ini melibatkan murid yang tergabung dalam OSIS subsi Bahasa dan Budaya dan Publikasi dibawah naungan Humas dan Kesiswaan SMA Negeri 2 Amlapura dimana program ini direncanakan menghasilkan 2 video Podcast setiap bulan yang akan dipublish di website dan Youtube Smandapura. Langkah pertama yang kami lakukan selaku pembina program Podcast ini adalah diskusi bersama murid untuk mengetahui program interaksi sosial yang menarik saat ini untuk menggali ide kreatif mereka tentang program ini. Diskusi bersama murid juga kami tujukan untuk mendapatkan aspirasi (harapan/mimpi) umum dari lebih banyak murid tentang program yang dapat meningkatkan pengetahuan dan ide kreatif melalui program podcast sekaligus menguatkan interaksi sosial antara warga sekolah. Setelah mendapatkan topik dan menentukan narasumber, kami membuat script yang nantinya akan digunakan oleh Podcaster dalam memandu Podcast. Setelah script dibuat dan disetujui narasumber, dilanjutkan dengan menentukan waktu yang disepakati Bersama untuk merekam Podcast. Perekaman Podcast kami laksanakan di ruang Podcast yang difasilitasi sekolah. Setelah perekaman selesai akan dilanjutkan dengan proses editing dan penguploadan video Podcast di kanal Youtube Smandapura.




 

e.      Hasil Program Podcast


Hasil program ini berupa dua buah video Podcast yang sudah ditayangkan di kanal Youtube Smandapura. Melalui refleksi dan evaluasi yang telah dilakukan, banyak sekali feedback positive yang didapatkan, baik dari segi  penambahan jumlah viewers, kritik yang membangun, dan juga tentang renacana perbaikan yang akan dilakukan pada kegiatan Podcast berikutnya. Dan yang paling penting adalah tumbuhnya karakter jiwa kepemimpinan, rasa tanggung jawab, inovatif, kreatifitas, rasa percaya diri, dan kemampuan bernalar kritis murid selama dan sesudah mengikuti kegiatan program Podcast ini.

 



PERASAAN (FEELING)


Perasaan saat merencanakan aksi nyata program yang berdampak pada murid ini adalah  saya merasa tertantang karena program ini harus menekankan pada aspek dampak langsung pada diri murid seperti rasa kepercayaan diri, rasa ingin tahu, berani berpendapat, kedispilinan, kemampuan kepemimpinan dan aspek lainnya untuk menjadi bekal murid untuk kehidupan yang lebih baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Perasaan yang muncul saat program ini terlaksana tentunya perasaan bahagia dan juga optimis dengan pencapaian program yang sudah berjalan. Rasa bangga dan haru muncul karena murid-murid mampu dan bersemangat berkolaborasi dalam tim sehingga pelaksanaan program podcast ini berjalan lancar meski tentunya masih ada perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan pada pelaksanaan program ini kedepannya. Terlaksananya program ini tidak terlepas dari kolaborasi semua pemangku kepentingan terutama murid yang sangat antusias terlibat dalam program Podcast, guru sebagai pembina elstrakurikuler dan Kepala Sekolah serta wakasek kesiswaan dan humas. Dengan respon yang baik dari warga sekolah terutama murid membuat saya ingin terus terlibat dalam pengelolaan program ini agar bisa terlaksana dengan lebih baik lagi ke depannya dan dengan harapan program ini dapat terus dijalankan secara berkelanjutan.


PEMBELAJARAN (FINDING)

Program yang telah berjalan ini, memberikan kesempatan murid memiliki pengalaman dalam pengembangan kecakapan hidup dalam mengorganisasi, mengolah dan mencapai apa yang menjadi tujuan bersama secara kolaboratif, mengembangkan keterampilan abad 21, menumbuhkan profil positif pelajar pancasila dan kecakapan hidup. Melalui program ini terwujud kepemimpinan murid, pengoptimalan minat bakat, terwujudnya  karakter murid yang berani tampil dan mengekspresikan bakat maupun potensinya yang tentunya memberi andil dalam mewujudkan profil  pelajar pancasila. Dari aksi nyata ini saya mendapatkan banyak pelajaran penting salah satunya adalah bagiamana sebuah program tersusun dan dikelola dengan baik melalui model BAGJA. Pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk suksesnya sebuah program juga terlihat saat melaksanakan program ini. Disini juga tampak jelas bahwa peran guru tidak hanya terbatas pada kegiatan intrakurikuler saja namun juga tampak pada pengelolaan program kokurikuler dan ekstrakurikuler yang berdampak pada murid.


PENERAPAN KE DEPAN (FUTURE)

Tantangan yang dihadapi saat pelaksanaan program Podcast ini berkisar penyesuaian jadwal pelaksanaan podcast dimana kami harus memilih jadwal kegiatan yang menjadi prioritas utama yang tentunya harus menyesuaikan jadwal antara murid, kami selaku pembina ekstra dan narasumber. Untuk mendapatkan keputusan terbaik mengenai permasalahan ini agar tidak terjadi kembali dalam pelaksanaan yang akan datang adalah  dengan menerapkan pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan serta pengujian keputusan sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dan tidak menimbulkan penyesalan dan masalah di kemudian hari. Begitupun perlu adanya kolaborasi yang lebih erat lagi antara murid, guru pembina dan berbagai pemangku pentingan pada program ini sehingga nilai-nilai profil pancasila yang diharapkan muncul dalam diri murid dapat tergali secara optimal.

 

Salam dan Bahagia

 






 


 

 

Koneksi Antar Materi

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran 

Oleh:

Ni Made Dewi Radesi

CGP Angkatan 4

Kabupaten Karangasem, Bali

 

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil? 


Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran tidak jarang dihadapkan pada masalah-masalah di sekolah yang mengandung unsur dilema etika dan bujukan moral. Hal ini membuat peran guru sangatlah sentral dalam proses pendidikan. Dalam hal ini, guru sebagai seorang pamong dapat menggunakan sistem among dalam pembelajaran untuk menyampaikan terkait dengan karakter bagi para muridnya. Pratap triloka yang merupakan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menjadi sangat penting dalam konteks sekolah terutama dalam pengambilan keputusan bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran. Terdapat tiga unsur penting dalam Patrap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri handayani. 

·    Ing ngarso sung tulodo, berarti bahwa seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan sauri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Guru harus selesai dengan dirinya sendiri yang kemudian ini terefleksikan dalam keteladanan setiap mengambil keputusan terhadap murid-murid dan orang-orang disekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya.

·       Ing madya mangun karsa artinya guru (pemimpin) harus bisa bekerja sama dengan orang yang didiknya (murid). Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah atau ringan dan akan semakin mempererat hubungan antara guru dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan. Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar murid. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan mengambil keputusan. Karena itu dengan ing madya mangun karsa guru dapat melakukan coaching terhadap para muridnya dalam mengambil keputusan termasuk keputusan yang mengandung unsur dilema etika yang dihadapi para murid. Dengan demikian potensi murid menjadi lebih berkembang sehingga mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat bagi dirinya.

·    Tut wuri handayani yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk maju dan berkembang. Memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan menambah wawasan dan kepintaran murid, guru tidak akan rugi. Inilah fungsi seorang guru sebagai coach dan motivator, ia mampu mendorong kinerja murid untuk terus berkembang dan maju serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Filosofi Pratap Triloka memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, harus memberikan teladan atau contoh praktek baik kepada murid.

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita mendasari pemikiran kita dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan tiga prinsip dilema etika membantu kita dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter, perilaku dan membimbing kita mengambil sebuah keputusan. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan murid kita. 

 

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya. 
 
Kegiatan “coaching” yang diberikan oleh pendamping dan fasilitator sangat membantu kami para CGP, khususnya saya untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga pada saat menentukan suatu permasalahan dilema etika, kami mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dengan tehnik coaching sesuai dengan apa yang sudah kami praktekkan bersama dengan pendamping maupun fasilitator, sehingga nantinya kami mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid. Begitupun dengan materi-materi yang dipelajari sebelumnya sangat berpengaruh bagi kami dalam pengambilan keputusan. Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Konsep coaching sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Pada konteks pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching menjadi salah satu proses menuntun kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah karena ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. 

 

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Guru sebagai seorang pendidik dan pemimpin pembelajaran diharapkan mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills), sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull). Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan yang diambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan, namun selalu diutamakan pada kepentingan dan keberpihakan pada murid.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Ketika seorang pendidik berhadapan dengan kasus-kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang paling dihargai oleh pendidik tersebut akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang dianut oleh guru tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan nilai- nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif, seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai- nilai dari seorang pendidik tersebut. Seorang pendidik akan mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi. Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan peserta didik dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, meyakinkan diri sendiri dan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang dan adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk murid.

 

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan yang saya alami di lingkungan saya dalam mengambil keputusan Sebagian besar bersumber pada diri pribadi pengambil keputusan, rasa takut/trauma dari kegagalan mengambil keputusan di masa lalu, pemahaman yang tidak tepat tentang informasi yang berkaitan dengan kasus yang ditangani, dan seringnya timbulnya perbedaan pandangan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan karena adanya perbedaan pandangan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan. Begitupun karena melibatkan banyak pihak, selalu ada kecenderungan mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan keputusan yang terbaik bagi banyak orang sehingga keputusan yang diambil tidak sesuai dengan prinsip berpikir berbasis akhir. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social, keterampilan berelasi sehingga keputusan yang diambil seringkali dadakan dan merugikan atau menyakiti orang lain.

 

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam proses pembelajaran selalu ditujukan untuk dapat menuntun dan memberikan ruang bagi murid untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan pengetahuan baru yang didapatnya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Ketika mengambil keputusan, kita memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, dan dengan keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar. Semuanya dilakukan untuk memerdekan murid dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka, karena pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan murid.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid sehingga murid nantinya akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun mereka mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu mengantarkan murid untuk masa depan yang lebih baik. Seorang guru bertanggungjawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru akan berpengaruh pada masa depan murid. Ketika kita sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-murid kita akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif, inovatif dalam mengambil keputusan yang tentunya tidak akan berdampak buruk bagi masa depan mereka.

 

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? 

Guru sebagai pemimpin pembelajaran memiliki peran penting dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil harus berpedoman pada Pratap Triloka Ki Hadjar Dewantara  yaitu guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus menjalankan nilai dan perannya sebagai guru agar mampu menuntun murid sesuai kodrat alam dan kodrat jamannya. Ketrampilan sosial emosional akan membantu guru dalam mengambil keputusan secara sadar sehingga keputusan yang diambil dapat berdampak pada murid serta lingkungan sekitar. Keterampilan coaching juga merupakan bekal bagi guru untuk mengarahkan murid dalam mengambil keputusan ketika murid mengalami dilema etika. Budaya positif di lingkungan sekolah serta visi yang berdampak pada murid dapat mendukung guru dalam mengambil keputusan yang tepat, bijak dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat menuntun murid kepada keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai manusia maupun  sebagai anggota masyarakat. Dalam melaksanakan pendidikan, guru harus menerapkan nilai-nilai kebajikan yang universal dalam diri masing-masing. Nilai-nilai universal inilah yang  akan membimbing dan mendorong para pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar secara sadar penuh. Keputusan yang diambil akan tepat, positif, berpihak pada murid, aman, nyaman bila di analisis dengan pertimbangan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan. Keputusan yang berpihak pada murid pada akhirnya akan  membawa perubahan kehidupan murid karena akan mengmbangkan dan memaksimalkan potensi mereka yang tentunya hal ini akan mengantarkan murid-murid pada masa depan yang gemilang.  

 


 EKSPLORASI KONSEP - FORUM DISKUSI

MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

Ni Made Dewi Radesi

CGP Angkatan 4 

Kabupaten Karangasem, Bali




KASUS 1

Saat itu jam pelajaran terakhir. Sebelum rapat panitia besar 17 Agustus untuk memfinalisasi acara, Bapak Eling masuk ke kelas 9 untuk mengajar mata pelajaran geografi. Sejak pagi, Bapak Eling sudah mengajar 3 kelas yang berbeda secara berurutan. Pada pelajaran ini, anak-anak diizinkan menggunakan gawai mereka untuk mengerjakan proyek kelompok. Setelah beberapa saat Bapak Eling melakukan pengecekan apakah setiap murid bekerja sesuai tugas dan tanggung jawab mereka. Saat mendekati meja salah satu siswa, Diana, Pak Eling mendapati muridnya itu sedang menggunakan gawainya untuk mengerjakan tugas pelajaran lain. Bapak Eling spontan mengeluarkan kata-kata dengan nada tinggi. “Jadi ini yang dari tadi kamu lakukan?”  Seisi ruang kelas terkejut.  Wajah Diana memerah.  Ia tampak malu dan tidak menyangka Bapak Eling merespon sekeras itu.


Jawablah pertanyaan berikut.

1.     Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat dan jelas.

2.     Apa kompetensi sosial dan emosional yang dibutuhkan  Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut? Jelaskan jawaban Anda. (Hubungkan dengan artikel-artikel yang telah dibaca sebelumnya)

3.     Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan?

Jawaban

1.     Situasi yang dihadapi Pak Eling yaitu kelelahan karena sedang berada pada situasi yang memicu tingkat emosi atau “stress” meningkat. Hal ini disebabkan oleh kesibukan Pak Eling yang cukup banyak mulai dari mengajar di kelas yang padat dandengan jam mengajar yang tanpa jeda, dan juga menjadi ketua pada perayaan 17 Agustusyang tentu menguras pikiran dan juga tenaga. Situasi yang dihadapi tersebut akan sangat mudah untuk memicu emosi Pak Eling, apalagi ketika saat mengajar, Diana mengerjakan tugas pelajaran lain.

2.     Kompetensi sosial dan emosional yang dibutuhkan Pak Eling dalam menghadapi masalah tersebut adalah kompetensi pengelolaan emosi dan fokus dengan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dengan terlebih dahulu Pak Eling menyadari kondisi diri atau perasaan apa sebenarnya yang sedang dialaminya, apakah perasaan khawatir, kecewa, sedih, atau takut.

3.     Jika saya adalah Pak Eling saya akan menerapkan latihan kesadaran penuh (Mindfulness) dengan metode STOP yaitu: (1) Stop (berhenti, hentikan apapun aktivitas yang dilakukan); (2) Take a Deep Breath (Tarik napas dalam, sadari napas masuk, sadari napas keluar); (3) Observe (Amati, mengamati apa yang dirasakan oleh tubuh kita); (4) Preceed (lanjutkan, melanjutkan kembali aktivitas dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif. Dengan melakukan hal ini maka saya akan merasa lebih baik karena tingkat emosi akan berkurang dan kesadaran diri akan meningkat.

 

KASUS 2

Selesai kegiatan belajar-mengajar berakhir, Bapak Eling memimpin rapat panitia besar yang akan memutuskan revisi akhir acara. Rapat yang berlangsung selama kurang lebih 1 jam menghasilkan tugas baru bagi Pak Eling untuk mempelajari perubahan proposal acara.  Pak Eling perlu memastikan semua perencanaan, pengaturan personil, dan pengaturan anggaran sudah tepat. Sesuai rencana, panitia acara sudah harus mulai bekerja setelah proposal disetujui oleh kepala sekolah.  Oleh karena itu, Bapak Eling diminta untuk mengirimkan proposal ini kepada kepala sekolah selambat-lambatnya lusa. Karena mendahulukan proposal ini, Bapak Eling pun lupa menyiapkan rubrik untuk pembelajaran geografi keesokan harinya. Keesokan paginya, Bapak Eling, masuk kelas dan lupa mengunduh rubrik proyek geografi sehingga proses pembelajaran sempat tersendat. 


Jawablah pertanyaan berikut.

1.     Apakah situasi yang dihadapi  Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas.

2.     Apa kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut? Jelaskan jawaban Anda. (Hubungkan dengan kerangka atau panduan yang ada di artikel-artikel yang telah dibaca sebelumnya)

3.     Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan?

Jawaban

1.  Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah kewalahan karena beban tanggung jawab tehadap kegiatan yang harus diselesaikan yang menyangkut koordinasi bersama dengan guru-guru lain. Karena fokus Bapak Eling lebih mengutamakan penyelesaian Proposal 17 Agustus tepat waktu Bapak Eling melupakan tugas utamanya memberikan pelayanan bagi muridnya dalam pembelajaran Geografi. Melakukan beberapa tugas bersamaan (multitasking) dapat meningkatkan stress dan mengurangi efisiensi serta produktivitas.

2.  Kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut adalah kompetensi pengelolaan diri. Kemampuan ini terkait dengan kapasitas dan kemampuan untuk fokus pada tujuan dan mencapai hasilnya.

3.  Jika saya menjadi Bapak Eling yang akan saya lakukan adalah meningkatkan kompetensi pengelolaan diri dengan latihan berkesadaran penuh teknik STOP untuk mengembalikan fokus pada suatu pekerjaan. Saya akan menarik nafas secara lebih panjang dan dalam. Untuk meredakan ketegangan, memperlambat detak jantung dan menurunkan tekanan darah sehingga saya akan merasa lebih tenang. Kondisi tubuh yang lebih tenang akan membantu saya untuk fokus kembali pada pekerjaan saya.

 

KASUS 3

Saat mempelajari proposal acara 17 Agustus di antara jam mengajar dan mengoreksi pekerjaan murid-murid, Bapak Eling menyadari salah seorang murid kelas 10 yang berprestasi dalam kejuaraan renang tidak mengumpulkan tugasnya. Pak Eling memanggil murid tersebut. Murid tersebut mengungkapkan pada Bapak Eling bahwa dia sebenarnya merasakan lelah dan mengantuk saat berada di dalam kelas maupun di rumah karena latihan keras menjelang kejuaraan bulan depan. Bapak Eling menilai, seharusnya murid tersebut bekerja lebih keras sebagai konsekuensi dari pilihannya menjadi murid atlet.


Jawablah pertanyaan berikut.

1.     Apakah situasi  yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat,  padat, dan jelas.

2.     Apa kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut? Jelaskan jawaban Anda. (Hubungkan dengan kerangka atau panduan yang ada di artikel-artikel yang telah dibaca sebelumnya)

3.     Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan?

 

Jawaban

1.    Situasi yang dihadapi aoleh Bapak Eling adalah tidak bersikap obyektif terhadap situasi murid atlet dan cenderung bersikap subyektif. Dia melihat permasalahan murid atlet ini dari kacamatanya sendiri, dan bukannya melihat dari situasi dan kondisi murid. Padahal murid atlet sedang mengalami stres karena jadwal latihan yang sangat padat sekaligus tuntutan akademik yang tidak ringan.

2.    Kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan Bapak Eling dalam menghadapi permasalahan tersebut adalah penerapan kompetensi kesadaran sosial (empati). Saat Bapak Eling memanggil murid atlet karena tidak mengumpulkan tugas Bapak Eling dapat mengesampingkan sejenak situasi kelas, atau masalah dalam kepanitiaan sehingga Bapak Eling dapat berempati dan memahami situasi yang dihadapi si murid. Keterampilan berempati merupakan keterampilan yang membantu seseorang memiliki hubungan yang hangat dan lebih positif dengan orang lain karena empati mengarahkan untuk mengurangi fokus hanya ke diri sendiri, melainkan juga belajar merespon orang lain dengan cara yang lebih informatif dan penuh afeksi ke orang lain sehingga lingkungan yang inklusif akan terbentuk.

3.     Jika saya adalah Bapak Eling saya akan menggunakan teknik STOP untuk untuk mngembalikan kesadaran penuh saya. Dengan kesadaran penuh dimana saya betul-betul sadar dan fokus pada situasi si murid (mindfulness) saya dapat mulai memahami situasi yang dihadapi si murid (menunjukkan empati). Saat si murid bercerita, maka seluruh indera saya pun tercurah pada situasi saat itu. Dengan melakukan teknik STOP, saya berada dalam kondisi rileks sehingga membantu saya untuk lebih mudah mencerna dan tetap tenang menanggapi tanpa penghakiman. Murid atlet mungkin akan tetap menghadapi jadwal latihannya yang padat ditambah tuntutan akademik yang tidak ringan, tetapi dia akan merasa jauh lebih baik menyadari ada seseorang yang mau betul-betul mendengarkan permasalahannya.


KASUS 4 

Setelah selesai memeriksa proposal acara 17 Agustus, Bapak Eling mengirimkan proposal tersebut kepada kepala sekolah. Ternyata proposal yang dikirimkan oleh Bapak Eling dinilai tidak sesuai oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah meminta agar isinya sesuai dengan pengarahan awal yaitu agar acara lebih banyak melibatkan orang tua murid. Bapak Eling tidak menyangka jika dia harus melakukan koreksi dan koordinasi ulang dengan tim acara. Revisi proposal tentu akan memakan waktu lagi dan Bapak Eling sudah membayangkan ini akan menghambat tugas-tugasnya yang lain. Bapak Eling mengungkapkan hal ini kepada wakil ketua panitia. Bapak Eling mengungkapkan bahwa dia tidak mau mengubah proposal dan meminta Wakil  Ketua Panitia tersebut yang merevisi proposal.


Jawablah pertanyaan berikut.

1.     Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat,  dan jelas.

2.     Apa kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut? Jelaskan jawaban Anda. (Hubungkan dengan kerangka atau panduan yang ada di artikel-artikel yang telah dibaca sebelumnya)

3.     Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan?

 

Jawaban

1.  Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah perasaan kewalahan dimana ekspresi kewalahan menggambarkan emosi takut. Bapak Eling takut memakan waktu yang banyak sehingga dapat mengganggu tugas-tugas yang lain terutama proses mengajar yang harus dipersiapkan sehingga Bapak Eling memberi keputusan untuk tidak mau mengubah proposal dan meminta wakil ketua panitia untuk merevisi.

2.    Kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan Bapak Eling dalam menghadapi permasalahan tersebut adalah kompetensi ketrampilan relasi dimana Bapak Eling memerlukan kemampuan bekerjasama dan berkomunikasi dengan panitia yang lain dalam menghadapi permasalahan yang terjadi tanpa menimbulkan masalah yang lain yang lebih rumit kedepannya.

3.   Seandainya saya adalah Bapak Eling hal yang saya lakukan adalah mengembalikan diri saya dalam kesadaran penuh. Teknik STOP dapat membantu saya bersikap lebih responsif terhadap situasi yang sedang terjadi. Teknik ini dapat dilakukan saat saya masih berada di depan kepala sekolah. Saat tenang dan berkesadaran penuh, saya akan mengungkapkan situasi dan kondisi di lapangan yang menyebabkan beberapa hal perlu diputuskan seperti yang ada dalam proposal yang telah dirancang. Dengan demikian, saya mampu menjelaskan dengan lebih jelas dan terstruktur sehingga aka nada kemungkinan kepala sekolah menerima atau paling tidak memahami situasi dan tidak memaksakan untuk kembali ke rencana awal. Kalaupun situasi yang saya paparkan tidak diterima oleh kepala sekolah, saya akan mencari bantuan anggota panitia yang lain untuk bersama-sama merevisi proposal tersebut tanpa harus kehilangan fokus mengerjakan tugas-tugas saya yang lain.

 

KASUS 5

Setelah bekerja selama 5 tahun di sekolah yang sama, Bapak Eling merasa mulai kewalahan dengan berbagai tanggung jawab tambahan yang harus dijalankan. Bapak Eling mendapatkan tanggung jawab ekstra karena dipercaya oleh kepala sekolah. Kepala sekolah melihat pengalaman Bapak Eling sudah jauh lebih banyak dibandingkan guru-guru yang lain. Itu sebabnya, Bapak Eling diminta untuk menjadi penanggung jawab beberapa  acara penting di sekolah, menjadi wakil sekolah di forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Awalnya Bapak Eling merasa tugas tambahan tersebut sangat menantang. Namun saat ini, dia tidak merasa tertantang lagi. Ditambah dirinya merasa bahwa akhir-akhir ini, kinerjanya sebagai guru juga semakin menurun. Karena itu, Bapak Eling terpikir untuk menulis surat pengunduran diri. 


Jawablah pertanyaan berikut.

1.     Apakah situasi yang dihadapi  Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas.

2.     Apa kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut? Jelaskan jawaban Anda. (Hubungkan dengan kerangka atau panduan yang ada di artikel-artikel yang telah dibaca sebelumnya)

3.     Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan?

 

Jawaban

1.  Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah tertekan karena merasa bahwa kinerjanya setelah beberapa tahun bekerja menjadi guru di sekolah tersebut semakin menurun dan berniat untuk menulis surat pengunduran diri karena banyaknya tanggung jawab yang harus dipenuhi.

2.    Kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan Bapak Eling dalam menghadapi permasalahan tersebut adalah kompetensi pengambilan keputusan yang bertanggung jawab yaitu kemampuan untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab merupakan kemampuan yang jika secara konsisten dan berkelanjutan ditumbuhkan dan dibiasakan sejak dini yang akan memungkinkan seseorang untuk bertumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan lebih berdaya lenting (resilience) dalam menghadapi segala konsekuensi yang harus dihadapi akibat keputusan yang dibuat dalam hidupnya.

3.  Jika saya menjadi Bapak Eling saya akan melakukan satu strategi sederhana yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab yaitu dengan menggunakan kerangka POOCH yang merupakan singkatan dari Problem (Masalah), Options (Alternatif pilihan), Outcomes (Hasil atau konsekuensi), dan Choices (Keputusan yang diambil). Kerangka POOCH ini akan membantu saya memikirkan dengan baik berbagai aspek sebelum memutuskan sesuatu.



SONG


song is a musical composition intended to be performed by the human voice. This is often done at distinct and fixed pitches (melodies) using patterns of sound and silence.

 

1.   Social function of song

People sing songs for the the following purpose:

  • To entertain
  • To express feeling
  • To deliver message/moral lesson/social criticism

 

2.   Parts of song

A complete song consists of parts which together make a good song. The following is the brief explanation about the common parts of songs:

·       Intro: The instrumental music at the beginning of a song

·       Verses: The parts of the lyrics which contains the story of the song

·       Chorus/Refrain: The climax of the song which is usually repeated

·       Bridge: The section which provides relief from repetition of the verses

·       Outro/coda: The last section of a song, usually without lyrics, just instument.

 

3.   Language features of songs

 

Count on Me

Song by: Bruno Mars

 

[Verse 1: Bruno Mars]

If you ever find yourself stuck in the middle of the sea

I'll sail the world to find

If you ever find yourself lost in the dark

and you can't see I'll be the light to guide you

 

[Pre-Chorus: Bruno Mars]

Find out what we're made of

When we are called to help our friends in need

 

[Chorus: Bruno Mars]

You can count on me like 1, 2, 3

I'll be there

And I know when I need it

I can count on you like 4, 3, 2

And you'll be there

'Cause that's what friends are supposed to do, oh yeah

 

Perhatikan bahwa pada lagu “Count on me” terdapat kata, phrasa atau kalimat yang memiliki makna yang lebih luas dan mendalam (makna konotatif) dari makna yang sebenarnya (makna denotatif) karena lagu biasanya diciptakan dengan menambahkan sejumlah figurative language atau dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai majas yang digunakan agar lagu memiliki keindahan yang dapat dinikmati untuk menghibur, mengekspresikan perasaan dan mengajarkan nilai moral.

Penggunaan figurative language dalam lagu dan bagaimana memahami maknanya akan sangat berpengaruh pada saat kita akan menafsirkan makna lagu secara utuh dan kontekstual. Tidak jarang pembaca atau penyanyi gagal menafsirkan makna lagu dikarenakan mereka gagal mengidentifikasi figurative language.

 

The following are the language features of songs

 

a.      Imagery.

Imagery describes about feelings and emotions. Sebuah lagu biasanya berusaha menggambarkan perasaan yang dirasakan si penulis.

b.     Rhythm.

Ritme disini digunakan untuk menciptakan mood. Misalnya, apabila kita sedang bersedih dan mendengarkan lagu dengan ritme slow, maka kita akan terbawa suasana dengan lagu tersebut. So, rhythm creates mood!

c.      Figurative Language

·       Metaphor, comparing two things that are not alike to suggest that they actually have something in common.

Sekilas memang kedua hal yang dibandingkan tidak berkaitan, tetapi sebenarnya ada kesamaan antara dua hal tersebut.

e.g. “Time is a thief” or “Her hair was silk”.

·       Simile, compares two things using “like” or “as’’.

Suatu hal digambarkan dengan hal yang mirip dengan menggunakan kata ‘like’ atau ‘as’

e.g. “My love is like a red rose”.

·       Hyperbole, a dramatic language. Big exaggeration, usually with humor.

Suatu hal digambarkan secara berlebihan, terkadang menggelitik karena terlalu berlebihan.

e.g. “That math homework took me 8 million years to finish”.

·       Personification, an object appear like a person.

Objek (bukan manusia) memiliki kemampuan seperti manusia.

e.g. “The wind whisper” or “The snowflakes danced in the wind”.

·       Alliteration, the repetation of the same beginning sound in a series of words. Perulangan bunyi suara yang terdapat di awal setiap kata.

e.g. “Peter Parker pick a pack of pants punctually”


Featured post

  AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID "Podcast sebagai Sarana Interaksi Sosial dalam Menyampaikan Ga...

Popular Posts